Jumat, 20 April 2012

Asia Pulp and Paper Perkosa Hutan INDONESIA

Ancaman kepunahan orang utan dan harimau sumatra yang saat ini semakin sedikit populasinya akan menjadi nyata. Raksasa Asia Pulp and Paper (APP), hingga saat ini masih menghancurkan dan meluluhlantakkan hutan dan lahan gambut di Indonesia. Hal itu terungkap saat Greenpeace mempublikasikan laporan hasil investigasi organisasi tersebut di laman resminya (1). Meski informasi tersebut sudah dipublikasikan Greenpeace beberapa waktu lalu, tampaknya mempublikasikan ulang informasi tersebut masih sangat diperlukan.

Beberapa perusahaan besar, seperti yang dikutip dari Greenpeace, disebutkan ikut bertanggung jawab dalam mempercepat perubahan iklim karena ikut menjual dan menggunakan produk-produk APP, yang merupakan salah satu perusahaan di bawah group Sinar Mas yang juga sedang meluluhlantakkan hutan dan lahan gambut Indonesia (2) sebagai salah satu paru-paru utama bumi. Praktek tersebut mengubah Indonesia dari paru-paru bumi menjadi penghembus gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia.

Bustar Maitar, juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, menandaskan bahwa komitmen berkelanjutan Sinar Mas hanya terjadi di atas kertas dan beberapa merek paling terkenal di dunia ikut meluluhkan bumi dengan membeli produk dari perusahaan tersebut. Merek-merek terkenal tersebut antara lain Walmart, Auchan and Kentucky Fried Chicken (KFC) (3).

Beberapa perusahaan terkemuka telah menanggapi bukti-bukti dari Greenpeace yang melaporkan praktek ilegal dan merusak lingkungan dari Sinar Mas Group di Indonesia dan membatalkan kontrak mereka dengan perusahaan minyak sawit Indonesia dan kertas raksasa (3). Hari ini, Carrefour membenarkan bahwa ia telah berhenti membeli produk APP untuk merek sendiri dan Tesco telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan hal yang sama pada akhir tahun. Selain itu, Kraft telah mengkonfirmasi bahwa telah menghentikan pembelian kertas APP dan kemasan, (4) sementara Kimberly-Clark, Nestle dan Unilever sedang menerapkan kebijakan baru yang juga akan mengesampingkan pasokan dari APP, kecuali jika perusahaan dan pemasoknya membuat perubahan besar. Unilever, Kraft, dan Nestle juga menghentikan kontrak dengan Golden Agri Resources (GAR), anak perusahaan minyak sawit Sinar Mas grup, setelah kampanye Greenpeace baru-baru ini. (5)

Greenpeace telah melakukan investigasi di dua kawasan hutan hujan penting di Sumatra. Kawasan Hutan Bukit Tigapuluh adalah perlindungan terakhir bagi Harimau Sumatra yang terancam punah serta orangutan, dan kawasan kaya karbon Kerumutan yang merupakan pertahanan penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim; banyak lahan gambut di sana dalamnya lebih dari tiga meter yang menurut hukum Indonesia ilegal untuk dihancurkan. APP menggunakan kayu dari hutan alam ini untuk mensuplai kebutuhan pabrik mereka di Sumatra, dimana produknya diekspor ke seluruh dunia
.

''Sinar Mas mengoperasikan model bisnis mereka dengan penghancuran hutan alam berharga kita yang masih tersisa, membuat Indonesia berada di posisi ketiga penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Perusahaan global dan pemerintah Indonesia harus melakukan aksi segera untuk menyelamatkan masa depan hutan alam kita dan spesies serta masyarakat yang bergantung pada hutan,'' pungkas Maitar.

Investigasi baru-baru ini juga menggaris bawahi bagaimana upaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia dari deforestasi di bawah kesepakatan senilai US$ 1 miliar dengan Norwegia, bisa sia-sia jika moratorium (penghentian sementara) penebangan hutan tidak memasukkan penghancuran hutan dan lahan gambut yang sudah dan sedang terjadi saat ini.

''Jutaan hektar hutan - termasuk ratusan ribu hektar yang berada di bawah kekuasaan Sinar Mas - tidak termasuk dalam kesepakatan dengan Norwegia. Celah ini bisa membuat sia-sia semua upaya untuk mengurangi emisi Indonesia. Presiden Yudhoyono harus segera melakukan implementasi moratorium pada semua perusakan hutan dan memastikan perlindungan menyeluruh terhadap lahan gambut. Hanya dengan cara itu kita bisa memastikan Indonesia bisa menurunkan emisi gas rumah kaca,'' ujar Maitar.

Usaha pemerintah Indonesia mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca hingga 26% pada tahun 2020, tampaknya akan semakin sulit dicapai jika tidak didukung berbagai pihak termasuk Sinar Mas dengan prakteknya.

greenpeace

                                                                                                          
Catatan Editor Greenpeace :
(1) Greenpeace report How Sinar Mas is Pulping the Planet, July 2010
http://www.greenpeace.org/international/en/publications/reports/SinarMas-APP

(2) APP mempunyai fasilitas besar di Indonesia dan China serta berekspansi ke Australia, Kanada dan Amerika Serikat. APP punya jaringan penjualan di Amerika Serikat, Inggris dan Spanyol.

(3) Beberapa perusahaan besar termasuk Staples, Office Depot dan Woolworths (Australia) telah membatalkan kontrak dengan Sinar Mas dengan alasan praktek perusakan lingkungan. Sementara Unilever, Kraft, dan Nestle menghentikan kontrak menyusul kampanye Greenpeace.

(4) Surat dari Kraft untuk Greenpeace di Inggris, 1 July 2010.

(5) Sejumlah perusahaan besar termasuk Staples, Office Depot dan Woolworths (Australia) telah menghentikan kontrak dengan Sinar Mas karena praktek-praktek lingkungan yang merusak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar